Nilai Rohani Dalam Kue Keranjang Sianywati

Sianywati duduk bersandar pada meja di tengah ruangan. Ruangan itu merupakan tempat Ia memantau pegawainya yang sedang membuat kue keranjang, kue khas Tiongkok yang banyak diminati saat Tahun Baru Imlek. Sianywati merupakan seorang pembuat kue keranjang. Perempuan yang tinggal di Jalan Tukangan No 43, Kelurahan Tegalpanggung, Yogyakarta ini mengaku bahwa usaha ini berdiri pada 1960-an. “Ini bisnis ayah saya. Saya menggeluti bisnis ini sejak remaja. Ini bisnis turun-temurun,” tutur wanita 70 tahun ini. Sejak ayahnya meninggal, produksi kue keranjang Ia lanjutkan bersama dua kakaknya.

                Sianywati kini memiliki delapan pegawai. Enam lelaki dua perempuan. Setiap harinya mereka bisa membuat 100 kue keranjang, walaupun saat pesanan sepi. “Pesanan mulai ramai saat menjelang Tahun Baru Imlek,” tutur Sianywati. Meski tak selincah dulu, Ia tetap memantau pekerjaan para pegawainya.

                “Membuat kue keranjang tidak boleh sembarangan,” kata Sianywati. Baginya, membuat kue keranjang merupakan kegiatan rohani yang melibatkan pikiran dan hati. "Sebelum menyalakan lilin pertama, harus berdoa dulu supaya semua baik dan lancar. Pikiran dan hati harus tenang. Kalau marah, sedih, kuenya nggak jadi. Waktu ayah meninggal, saya juga pas buat kue keranjang. Hasilnya malah kayak tahu, lembek, dan akhirnya tidak laku," ungkapnya. Ia percaya bahwa saat membuat kue keranjang, hati, pikiran, dan fisik harus bersih. “Perempuan yang sedang haid tidak boleh membuat, nanti tidak jadi. Makanya pegawai 6 laki-laki, 2 perempuan. Yang perempuan hanya membantu saja," sambungnya.

                Puluhan tahun bergelut dengan bisnis kue keranjang, Sianywati senantiasa menggunakan bahan – bahan yang berkualitas. “Selain untuk oleh – oleh, kue keranjang merupakan persembahan untuk para Dewa,” kata wanita taat ini. Ia menggunakan beras ketan jenis tolo. Ia bilang bahwa beras ketan tolo merupakan bahan terbaik untuk membuat kue keranjang, walaupun harganya paling mahal disbanding jenis beras ketan lain. Ini Ia lakukan demi menjaga kualitas resep yang sudah turun – temurun.

                Kelak, Ia pun akan mewariskan resep dan bisnisnya ini. "Resepnya turun-temurun, jadi rasa dan kualitas tetap sama. Nantinya bisnis ini akan dikelola oleh keponakan saya. Supaya resep dan bisnis bisa terus diwariskan,"tutupnya.