PELATIHAN PEMBUATAN KOMPOS METODE BIOPORI DI RW 10, 11, DAN 12 KELURAHAN TEGALPANGGUNG

Tegalpanggung - Pada hari Rabu, 26 Juni 2024 s/d Jumat, 28 Juni 2024 di RW 10, di Rumah Ketua RW 11 dan RW 12 diselenggarakan Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan Metode Biopori dengan sasaran nasabah Bank Sampah RW 10, RW 11 dan RW 12 serta warga di RW 10, RW 11, RW 12 Kelurahan Tegalpanggung.

Pelatihan Pembuatan Kompos di RW 10, 11, dan 12 ini melibatkan berbagai pihak seperti Ketua RT, PKK RT, Nasabah Bank Sampah, serta warga RW 10, 11, dan 12 Kelurahan Tegalpanggung. Lurah Tegalpanggung, Bapak Mohammad Ikhwan Pribadi, SIP., dalam sambutannya menyampaikan permasalahan sampah yang mungkin berangsur-angsur akan mendapatkan solusinya, dan juga Pemerintah Kota Yogyakarta akan terus mengupayakan solusi untuk menangani dadurat sampah di Kota Yogyakarta, Pemilahan Sampah tetap harus dijalankan oleh masyarakat khususnya warga RW 10, 11, dan 12 Kelurahan Tegalpanggung. Keberadaan Biopori ini untuk mendukung proses pemilahan yang telah dilakukan oleh warga Kelurahan Tegalpanggung, dimana sampah organik rumah tangga diolah menjadi kompos dengan metode biopori.

Sri Martini, narasumber pertama dari Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup (alam) seperti hewan, manusia, tumbuhan dan benda hasil olahannya yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk dapat terurai. Jika sampah organik tidak diolah maka akan berdampak bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Sampah organik akan mendatangkan manfaat jika dikelola menjadi pupuk yang akan sangat bermanfaat bagi pertanian. 

Beliau juga menyampaikan bahwa cara pembuatan biopori adalah sebagai berikut:

  1. Menentukan lokasi pengeboran, kalau sudah dikonblok sebaiknya dibongkar dulu
  2. Pembuatan lubang dengan alat bor diameter 10 cm, diputar searah jarum jam
  3. Setiap mengebor sedalam 10 cm bor diangkat untuk kemudian dikeluarkan tanahnya
  4. Masukan bor lagi hingga kedalaman 80 – 100 cm, kedalaman lubang maksimal 100 cm.  Bila kedalam lebih dari 100 cm, maka cacing-cacing dan organisme pengurai lainnya akan kekurangan oksigen, sehingga tidak dapat bekerja dengan maksimal.
  5. Pada bibir lubang dilakukan pengerasan dengan semen atau potongan pendek  paralon (20 cm ). Hal ini untuk mencegah terjadinya erosi tanah.
  6. Kemudian dibagian atas ditutup dengan konblok yang sudah ada lubang untuk memasukan sampah organik, lalu lobangnya diberi pengaman yang bisa dengan mudah dibuka dan ditutup untuk memasukan sampah organik kedalamnya